Pop Up untuk Lamaran yang berlangsung pada 2 Februari 2014 |
Memang benar, tidak akan ada satu orang pun yang
bisa meramalkan akan jadi apa dan bagaimana hidupnya ke depan. Berawal dari
pertemuan saya dengan dirinya pada 17 Agustus 2013 lalu. Titik awal perubahan
dalam kehidupan saya terjadi.
Kisah ini bukan lagi cinta monyet ala ABG, juga
bukan kisah percintaan yang akhirnya berakhir tragis, diselingkuhin atau
ditinggalkan begitu saja. Ini kisah cinta yang berakhir bahagia.
Siang, 17 Agustus 2013, mungkin adalah tanggal
bersejarah untuk saya dan dia. Saat saya baru turun dari mobil menuju
kantornya, seketika itu juga dia melihat saya dengan tatapan yang tidak biasa.
Sebagai perempuan dengan usia matang, tentu saya
paham maksud tatapannya. Tatapan yang rupanya membawa hubungan saya dan dia,
sebentar lagi akan menuju ke gerbang pernikahan.
Memang sedari awal pertemuan itu, dan akhirnya
terjadi pembicaraan hingga berjam-jam, saya sudah sadar, dia menyimpan rasa. Tapi
waktu itu masih saya acuhkan, karena masih kadung sakit hati dengan pria
sebelumnya.
Setelah pertemuan di hari kemerdekaan RI itu,
rupanya dia gencar luar biasa mendekati saya. Mulai dari rajin mention di
Twitter, sering banget menyapa di BBM, meski sering kali saya acuhkan. Hahaha…
Beberapa temannya pun sudah menyampaikan, ”Din, dia
ada hati tuh sama elo. Coba aja dulu.”
Tapi tidak ada satu pun yang saya tanggapi. Entah apa
yang merasuki saya waktu itu, yang pasti, semua simbol dan isyarat yang dia
berikan hanya iseng-iseng berhadiah.
Meski saya tak menanggapi serius, bukan berarti saya
lantas jadi jutek dan bersikap menyebalkan padanya. Setiap dia bbm, saya
ladeni, bahkan pernah kita bbm an sampai tengah malam membicarakan bisnis.’
Sebagai teman, dia cukup enak untuk diajak berbicara
dan bertukar pendapat. Tak hanya itu, dia juga salah satu pria yang paling
ringan tangan dalam kehidupan saya.
Seperti kata pepatah Jawa, “Witing Tresno Jalaran Soko
Kulino” demikian juga yang terjadi dengan perasaan
saya terhadap dia pada akhirnya. Kita memang
sering bersama, oh hmmm karena dia yang meminta dan siapa juga yang gak mau
ditemenin hahaha.. 3 Oktober, dia menemani saya untuk loading barang untuk
bazaar. 5 Oktober dia menemani saya seharian penuh saat acara Go Girl Expo di
Gandaria City. Yang bikin luluh, dia bawain saya dan yang lainnya makanan.
Seminggu
kemudian, dia menemani saya juga seharian untuk pemotretan di Depok. Dan masih
banyak perjuangan dia lainnya untuk mendapatkan cinta saya.
Masya Allah.
Enggak
pernah terjadi dalam hidup saya, ada pria yang merelakan waktunya begitu banyak
meski kita belum ada ikatan resmi ‘pacaran’. Bahkan mantan-mantan yang
terdahulu pun juga tidak pernah ada. Allah Maha Baik ya :D
Saya dan
dirinya tidak tahu pasti kapan sebenarnya kita akhirnya meresmikan hubungan,
karena semua itu terjadi dengan sendirinya. Ah lagipula, kita bukan anak remaja
yang harus banget punya tanggal jadian. Udah bukan lagi zaman saya yang
begitu-begituan.
Dimulai
dari kekaguman atas segala kelebihan yang dia miliki, akhirnya kini saya bisa
mengatakan benar-benar jatuh cinta kepada pria ini. Pria asal Aceh Selatan bernama
FADLI SALDI.
Meskipun
dia kaku, kurang ramah sama orang baru, gak suka berbasa-basi, logatnya kalau
ngomong daerah banget (hahaha), suka ngeyel, ya biarlah, sisi manusia pasti ada
yang lebih dan ada yang kurang. Yang terpenting kan bagaimana dia memperlakukan
kita, mencintai kita dengan sepenuh hatinya.
Belum lama
dia sempat mengeluh, “Aku nih capek loh, pulang kantor, masih lagi kerjain
proyek dari beberapa perusahaan, ini semua demi kamu. Demi cita-cita kita hidup
bahagia, bisa travelling sering-sering seperti impian kamu. Jadi tolong ya,
jangan suka ngomel kalau aku sibuk banget”
Saat saya
asyik menulis ini pun, pukul 20:30 dia masih ada kerjaan dengan temannya.
Kalau
udah gini jadi ingat pesan nyokap, “Nanti cari suami kayak papa ya, pekerja
keras, panjang akalnya dan bertanggung jawab sama keluarganya.”
Ah mama, Insya
Allah Fadli akan seperti itu sama kakak dan keluarganya nanti. Amin.
Love
you ‘Aceh’ :*
Tidak ada komentar:
Posting Komentar